Saat hati ku berbisik peluh, enggan ku ungkapkan dengan bibir ku
Dia lah yang ku kenang sebagai bisikan rindu di masa itu
Sebagian jiwa ku membeku di telan sang waktu
Seluruh hidup ku cacat oleh luka di kalbu karena mu
Seniman di sudut senja mencoba mengukir wajah di rona hati
Pelukis malam ungkapkan tangisan di sejuknya pagi hari
Diam, hanya bisa diam tanpa serpihan kenangan yang nyata di sini
Di sudut waktu mungkin hanya bisa menunggu dan menanti
Meraba waktu yang nyata di bawah terangnya sinar bulan purnama
Tetes aliran kenangan mulai membasahi kenyataan yang ku lewati
Jerit rindu yang slalu ada di bayangan nyata ku
Rindu segala belai kasih sayang mu di masa itu, di masa itu
Senyum ku dengan jelas terhapus oleh kepergian mu
Mata ku berbicara dengan keras karena melihat mu menjauh
Aku masih di sudut senja untuk menjemput wanita seperti mu
kamu, hanya kamu dan akan selalu seperti kamu yang mampu mengisi hati rang ku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar